Jumat, 10 November 2017

Menjamah Dunia Dengan 'Literasi'


Oleh Ariny S.

Literasi, istilah yang sedang semakin menunjukkan eksistensinya. Literasi adalah sebuah aktivitas yang bergelut dalam kepenulisan. Literasi merupakan bidang yang luas. Karena berbagai bidang pun menggunakan aktivitas yang satu ini dalam operasionalnya. Literasi tidak memandang aspek apa yang tertera, akan tetapi berbagai segi konsep dan gagasan dapat dituangkan, dipublikasikan, dan bahkan mampu mempengaruhi pemikiran orang lain.

Literasi tidak memandang paham apa yang dianut. Paham kanan atau kiri yang sering disebut-sebut pun menggunakan aktivitas literasi untuk melakukan sugesti dan persuasi demi menunjukkan keberadaannya di tengah masyarakat. Dewasa ini, digital digunakan sebagai alat dan kendaraan untuk pihak-pihak yang berkepentingan atau hanya sekedar unjuk gigi. Lagi-lagi literasi di era digital sangat berpengaruh dan digandrungi masyarakat berbagai umur.

Menanggapi fenomena tersebut, insan akademik yang memiliki latar belakang agama islam yang kental atau lebih dikenal dengan sebutan ‘santri’, menggelar acara Madrasah Literasi di pondok pesantren Al-Munjiyah, kota Ponorogo (05/11). Madrasah Literasi ini diadakan sebagai rangkaian acara Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober lalu. Mereka sadar, bahwa kekuatan literasi mampu digunakan sebagai sarana dakwah dan penyebar ilmu serta kebaikan.


Acara yang diadakan oleh beberapa organisasi di bawah naungan satu organisasi terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama ini, mengundang narasumber lokal yang sudah going nasional, Dr. Sutejo, M.Hum. Dia adalah seorang penulis dari kota kecil Ponorogo yang mengaku telah menerbitkan karya sebanyak 38 buku. Beberapa diantaranya adalah buku tentang kiat-kiat menulis dan menjadi seorang penulis. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan beberapa tantangan dalam kehidupan mutakhir yang dihadapi manusia. Salah satunya adalah semakin berat tantangan dan kerasnya kehidupan seiring perkembangan zaman. Maka ia mengeluarkan statemen bahwa manusia perlu menjamah dan menguasai dunia dengan senjata, salah satunya adalah pedang literasi.

Pepatah inilah yang menggugah hati saya. Ketika literasi disebut sebagai kekuatan dunia mutakhir, otak saya teringat bahwa hidup di ‘zaman know’ harus berani bertarung. Lagi-lagi kekuatan literasi-lah yang laris terjual. Berbagai media sosial sekarang telah menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan pendapatan financial. Instagram yang digandrungi masyarakat pun menjadi jalan untuk mengais penghidupan. Sehingga dari sini bisa dikatakan, bahwa pentingnya digital literasi perlu dipahamkan kepada para remaja dan masyarakat supaya lebih mampu menggunakan media sosial secara lebih efektif dan bermanfaat.

Literasi merupakan dunia menulis. Aktivitas ini adalah sesuatu yang susah-susah gampang dilakukan. Akan tetapi dengan belajar dan sering berlatih, menulis akan menjadi hobi yang bikin ketagihan. Menulis adalah jalan bagi kita sebagai manusia yang memiliki sisi kemanusiaan, mencoba menyebarkan pesan kebaikan. Di era digital yang semakin marak informasi negatif, sudah selayaknya kita manusia yang waras berlomba-lomba membagikan dan mempublikasikan informasi kebaikan kepada manusia lain.

Seorang penulis sejati, akan terus menyebarkan kebaikan melalui kata-katanya tak peduli seberapa kalipun terjatuh. Ia akan tetap bangkit dan terus melangkah bahkan berlari tak kenal lelah dan resah. Pak Sutejo pun berkata, “Penulis tidak mungkin lenyap oleh dunia. Tetapi dunia pasti akan lenyap di dalam pikiran penulis.”

**penulis adalah mahasiswi yang kerjaan setiap harinya melakukan ibadah ngopi dan berbincang untuk menggali inspirasi.**




0 komentar:

Posting Komentar