Teknologi Canggih, Ciptakan Dakwah Media
Sosial
dalam Bungkus Masa Kini
Artikel ini ditulis untuk memenuhi
Tugas Akhir Semester Mata Kuliah ‘Komunikasi Massa’
Oleh Ariny Sa’adah KPI A Semester 5
Filterisasi
terhadap arus media informasi tidak dapat dibendung lagi. Kita tidak bisa
memungkiri bahwa kita sedang berada di era perkembangan teknologi, khususnya teknologi
komunikasi dan informasi. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
tidak hanya berwujud pada kecanggihan perangkat keras (hardware)-nya
saja, melainkan juga pada perangkat lunak (software) atau aplikasi yang
terdapat di dalamnya. Semakin canggih alat komunikasi yang tercipta, maka
semakin canggih pula aplikasi-aplikasi yang dipasarkan. Lalu bagaimanakah
pemanfaatan item-item canggih tersebut?
Menyoal
aplikasi, kurang lengkap apabila kita tidak memahami terlebih dahulu maknanya. Tertulis
di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) aplikasi yang dimaksud adalah
program komputer atau perangkat lunak yang dirancang untuk mengerjakan tugas tertentu.
Sedangkan menurut Hengky W. Pramana, aplikasi merupakan suatu unit perangkat
lunak yang dibuat untuk melayani kebutuhan akan beberapa aktivitas seperti
sistem perniagaan, game, palayanan masyarakat, advertising, atau
semua proses yang hampir dilakukan manusia.
Berdasarkan
dua pengertian di atas, bisa kita tarik sebuah pengertian aplikasi secara umum.
Aplikasi adalah perangkat lunak pada gadget yang berguna untuk
menjalankan aktivitas manusia berdasarkan kebutuhan. Benar adanya bahwa
aktivitas atau kegiatan manusia zaman sekarang tidak hanya berjalan di dunia
nyata. Dengan memanfaatkan kecanggihan gadget dan sistem jaringan internet,
manusia bisa melakukan apapun yang dia inginkan, seperti mencari informasi
tentang pendidikan, ekonomi, politik, hiburan, hingga mencari jodoh pun
mendapat pelayanan menarik di dunia internet. Istilah yang lazim untuk menyebut
dunia komunikasi dan penyebaran informasi secara cepat disebut dengan ‘dunia
maya’.
Membincang
soal dunia maya, tak lepas dari perbincangan media sosial sebagai alat yang
digunakan manusia untuk menjalankan aktivitasnya. Menurut Caleb T. Carr dan
Rebecca A. Hayes, Media sosial adalah media berbasis internet yang memungkinkan
pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik secara
seketika ataupun ‘tertunda’, dengan khalayak luas maupun tidak yang mendorong
nilai dari user-generated content dan persepsi interaksi dengan orang
lain. Sedangkan menurut B.K. Lewis, Media sosial adalah label bagi teknologi
digital yang memungkinkan orang untuk berhubungan, berinteraksi, memproduksi,
dan berbagi isi pesan.
Pada
intinya, media sosial adalah sarana atau alat komunikasi dua arah berbasis
internet yang memungkinkan manusia untuk saling bertukar informasi atau pesan. Indonesia
termasuk negara yang penghuninya menjadi pengguna internet terbesar di dunia. Dewasa
ini, aplikasi media sosial sangat beragam jenisnya, seperti facebook,
twitter, instagram, line dan path.
Salah
satu diantaranya yang paling nge-trend di kalangan muda maupun dewasa adalah
Instagram. Terbukti di sekitar kita mulai dari lansia, dewasa, remaja,
anak-anak, hingga usia balita tak ketinggalan untuk memiliki akun instagram.
Keberadaan instagram tidak hanya menyatakan eksistensi individu dalam
masyarakat maya, melainkan juga organisasi, instansi atau lembaga,
komunitas-komunitas, bahkan partai politik.
Maka, saya melakukan riset kecil-kecilan
untuk melihat geliat pergerakan lembaga-lembaga dan organisasi masyarakat
termasuk partai politik. Akan tetapi saya akan mengambil contoh kasus pada salah
satu organisasi mahasiswa yaitu KMNU yang memiliki jaringan organisasi secara
nasional.
KMNU
atau kepanjangan dari Keluarga Mahasiswa Nahdlotul Ulama sebagai salah satu
organisasi mahasiswa ekstra kampus yang juga turut menggunakan instagram dalam
menunjukkan keberadaannya di masyarakat. Selain sebagai penunjang eksistensi, instagram
juga dimanfaatkan oleh organisasi tersebut sebagai sarana untuk berdakwah. Tak
hanya itu, kepemilikkan akun oleh setiap organisasi senama di berbagai kampus yang
tersebar di seluruh Indonesia, juga berguna untuk menyambung silaturrahmi
antar sesama organisasi.
Fitur-fitur
pada instagram bisa menampilkan foto dan video lengkap dengan caption
atau keterangan yang mendeskripsikan foto dan video yang diunggah. Untuk itulah
instagram sangat efektif bila digunakan sebagai sarana eksistensinya. Mengapa
demikian? Secara umum manusia lebih suka melihat foto atau menonton video
daripada membaca tulisan. Begitupun para pengikut (follower) instagram yang
merupakan manusia zaman now. Bahkan keaktifan organisasi ini di
masing-masing perguruan tinggi bisa dilihat dari akun instagramnya. Oleh
karenanya, kegiatan apapun menjadi sunah mu'akad hukumnya diunggah di
instagram. Aktivitas mengunggah foto atau video di instagram ini ada beberapa
versi penyebutan, yakni bisa dikirim, di-upload dan di-posting.
Instagram
juga mampu menyiarkan kegiatan atau aktivitas penggunanya secara langsung. Maka
dari itu, KMNU seringkali menggunakan fitur siaran langsung pada instagram
sebagai media dakwah. Entah itu berupa rutinitas ngaji kitab, sholawatan,
tahlilan, bahkan pengajian. Tidak jarang dakwahnya juga menggunakan posting-an
biasa di beranda instagram berupa meme, pamflet, gambar, karikatur, foto
dan video disertai caption yang memuat pesan dakwah.
Satu
lagi yang menarik dari instagram, pengguna mampu membagikan atau istilah
gaulnya me-repost posting-an dari akun instagram lain serta mampu membagikan
kirimannya di facebook. Ini memungkinkan organisasi tersebut memperluas
jaringan dakwahnya. Tak jarang pula ia me-repost
kiriman akun intagram milik perseorangan yang menandainya. Asal itu menarik
dan mengandung manfaat bagi orang banyak (follower).
Era
kekinian memang sedang menerpa kehidupan kita sebagai generasi millennial.
Tanpa kita sadari, banyak sekali nilai positif yang bisa dimaksimalkan
pemanfaatannya. Bahwasannya zaman kontemporer tengah mengajari kita untuk
bisa “mengerem” diri, supaya tidak terbawa arus yang sedang berjalan, melainkan
kita dituntut untuk bergerak dan menciptakan arus sendiri. Kita harus sadar,
bakwa kita sedang hidup di tengah-tengah badai modernisasi. Bila kita tidak
memiliki pegangan yang kuat, kita bisa tergerus oleh ganasnya badai tersebut. Nampaknya
ungkapan Cak Nun sangat cocok untuk dijadikan acuan dalam pembahasan ini,
bahwasannya “hidup itu melawan arus, hanya sampah dan ikan mati yang ikut
arus”.
Pemaparan di atas adalah satu contoh dari
berbagai geliat organisasi dan lembaga yang juga andil dalam penggunaan akun media
sosial. Hubungan dengan masyarakat sangat efektif apabila menggunakan media
sosial. Seringkali setiap lembaga atau instansi memanfaatkan media sosial untuk
membangun dan meningkatkan citra organisasi. Akan tetapi, sudah sepantasnya
lembaga-lembaga dan organisasi yang berbasis islam memanfaatkan media sosial
untuk menjalankan aktivitas dan memperluas komunikasi dakwahnya juga.
Berbekal
ilmu dan keimanan, sudah selayaknya seorang muslim menggunakan akal sehat dengan
lebih siap dan sigap dalam menjawab tantangan zaman. Bukan malah terjerumus ke
dalam kubangan negatif modernisasi yang besar kemungkinan melunturkan norma
agama yang luhur. Sikap intelektual islam berdasarkan kemampuan komunikasi
dalam berbagai media, maka generasi muda akan lebih mampu menyebarkan pesan
kebaikan. Sehingga masyarakat muslim mampu menerapkan nilai-nilai agama yang rohmatan
lil ‘alamin di era modernisasi dalam bungkus masa kini.
0 komentar:
Posting Komentar